7 Dampak Negatif Marah Terhadap Anak, Ganggu Otak dan Kesehatan!

Dampak Buruk yang Perlu Diperhatikan Saat Sering Memarahi Anak

Mendidik anak merupakan tugas yang tidak mudah, terutama ketika menghadapi perilaku yang tidak sesuai harapan. Terkadang, orang tua merasa harus memarahi atau berteriak agar anak lebih patuh. Namun, perlu diketahui bahwa cara pengasuhan seperti ini bisa memiliki dampak negatif yang cukup serius.

Memarahi anak dengan nada keras atau kritikan yang merendahkan bukan hanya membuat mereka merasa tidak nyaman pada saat itu, tetapi juga bisa membahayakan perkembangan mental dan fisik jangka panjang. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang perlu diperhatikan jika sering memarahi anak:

1. Gangguan Perkembangan Otak dalam Jangka Panjang

Stres yang terus-menerus akibat marah dan teriakan dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Hormon kortisol yang meningkat akan memengaruhi area otak seperti amigdala (pengatur emosi) dan prefrontal cortex (pengatur keputusan dan konsentrasi). Penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami pelecehan verbal memiliki risiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental di masa depan, termasuk depresi dan gangguan cemas.

2. Menurunnya Rasa Percaya Diri dan Harga Diri

Anak yang sering dimarahi dengan kata-kata kasar cenderung merasa dirinya tidak cukup baik. Hal ini akan mengikis rasa percaya diri dan harga diri mereka. Mereka akan takut mencoba hal baru karena khawatir disalahkan. Akibatnya, anak lebih memilih diam daripada berinteraksi dengan orang lain, sehingga menghambat pertumbuhan sosialnya.

3. Kecemasan, Ketakutan, dan Gangguan Emosi

Kemarahan berlebihan dari orang tua dapat menciptakan rasa takut yang berkepanjangan. Anak akan merasa selalu dalam ancaman bahkan di rumah sendiri. Hal ini menyebabkan kecemasan berlebihan, sulit berkonsentrasi, serta respons emosional yang tidak stabil. Jika terus berlangsung, anak berisiko mengalami gangguan kecemasan, depresi, atau stres pasca trauma.

4. Terhambatnya Hubungan Emosional dengan Orang Tua

Hubungan antara anak dan orang tua dibangun dari kepercayaan dan komunikasi positif. Jika interaksi terlalu didominasi oleh kemarahan dan omelan, anak akan sulit merasa nyaman. Mereka mungkin menyembunyikan perasaan atau masalah agar tidak dimarahi. Akibatnya, jarak emosional semakin lebar dan hubungan menjadi rusak.

5. Munculnya Perilaku Agresif atau Pemberontak

Anak belajar dari contoh orang tua. Jika yang sering mereka lihat adalah kemarahan dan teriakan, maka pola tersebut bisa diadopsi dalam perilaku mereka. Anak mungkin menjadi agresif, mudah tersinggung, atau pemberontak sebagai bentuk protes terhadap kontrol berlebihan dari orang tua.

6. Menarik Diri dan Kesulitan Sosial

Bukan semua anak merespons kemarahan dengan perlawanan. Banyak yang justru memilih untuk menarik diri, menjadi pendiam, dan menghindari interaksi sosial. Anak yang tumbuh di lingkungan penuh kritik akan kesulitan membangun pertemanan dan merasa kesepian. Dalam beberapa kasus, mereka bisa mengalami social anxiety yang menghambat prestasi sekolah dan perkembangan pribadi.

7. Gangguan Fisik dan Masalah Kesehatan

Stres akibat sering dimarahi tidak hanya memengaruhi pikiran, tetapi juga tubuh anak. Kortisol yang berlebihan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, membuat anak rentan terhadap infeksi dan gangguan pencernaan. Tekanan berkepanjangan juga bisa menyebabkan gangguan tidur, kelelahan kronis, hingga nyeri otot. Di masa depan, stres jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit serius seperti penyakit jantung atau masalah metabolisme.

Dengan memahami dampak-dampak ini, penting bagi orang tua untuk lebih bijak dalam merespons perilaku anak. Mengganti marah dengan komunikasi yang tenang dan penuh dukungan akan membantu anak tumbuh secara optimal, baik secara mental maupun fisik.

Akhirnya Terungkap: 10 Agen Travel Besar Diduga Terlibat Korupsi Haji

Kasus Korupsi Kuota Haji 2024 Masih Dalam Penyelidikan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih melakukan penyelidikan terkait dugaan korupsi dalam pengelolaan kuota haji tahun 2024. Dugaan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh-tokoh yang saat ini dicegah untuk bepergian ke luar negeri.

Salah satu poin penting dalam kasus ini adalah adanya dugaan keterlibatan sejumlah agen travel besar. KPK menduga bahwa ada sekitar 10 agen travel besar yang terlibat dalam penentuan kuota haji tambahan. Selain itu, ada juga puluhan bahkan lebih dari 100 agen travel lainnya yang diduga terlibat dalam skandal ini.

Peran Agen Travel dalam Kasus Ini

Menurut informasi yang diungkap oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Penindakan dan Eksekusi, Asep Guntur Rahayu, agen-agen travel tersebut mendapatkan kuota haji dengan jumlah yang bervariasi, tergantung pada ukuran perusahaan mereka. Agen travel besar kemungkinan akan mendapatkan kuota yang lebih besar dibandingkan agen kecil.

“Jadi, pembagiannya banyak tuh. Mungkin kalau travel-travel yang besar dapatnya lebih besar, lebih banyak gitu ya. Kuotanya dari tadi yang 10.000 itu. Kalau travel yang kecil ya kebagian 10 atau dibuat 10, seperti itu,” ujar Asep.

Penyimpangan dalam Pembagian Kuota

Dalam kasus ini, KPK menemukan adanya penyimpangan dalam pembagian kuota haji tambahan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi. Berdasarkan aturan yang berlaku, kuota haji tambahan seharusnya dibagi menjadi 92 persen untuk haji reguler dan 8 persen untuk haji khusus. Namun, dalam praktiknya, kuota tersebut dibagi rata menjadi 50:50.

“Ini menyalahi aturan yang ada,” kata Asep. “Harusnya 92 persen dengan 8 persen, ini menjadi 50 persen, 50 persen.”

Kerugian Negara Diperkirakan Capai Rp1 Triliun

KPK memperkirakan kerugian negara dalam kasus ini mencapai lebih dari Rp1 triliun. Hal ini disebabkan oleh dugaan adanya aliran dana yang tidak jelas dan pemanfaatan kuota haji yang tidak sesuai aturan.

Pihak yang Dicegah Bepergian ke Luar Negeri

Untuk kepentingan penyidikan, KPK telah mencegah tiga orang untuk bepergian ke luar negeri. Ketiga orang tersebut antara lain mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, mantan staf khusus Yaqut, Ishfah Abidal Aziz, dan pengusaha biro perjalanan haji dan umrah, Fuad Hasan Masyhur.

Pencegahan ini dilakukan selama enam bulan ke depan agar para pihak tersebut tetap berada di wilayah Indonesia untuk proses penyidikan lebih lanjut.

Profil Tokoh yang Terlibat

Yaqut Cholil Qoumas, yang akrab disapa Gus Yaqut, adalah seorang politikus dan tokoh Nahdlatul Ulama. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Agama dari Desember 2020 hingga Oktober 2024. Sementara itu, Fuad Hasan Masyhur adalah pemilik Maktour Group, sebuah perusahaan biro perjalanan haji dan umrah ternama di Indonesia.

Tindakan KPK untuk Mengungkap Kasus

KPK menggunakan surat perintah penyidikan (sprindik) umum untuk mengumpulkan bukti dan menelusuri aliran dana dalam kasus ini. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dapat ditetapkan sebagai tersangka.

Perbedaan Haji Reguler dan Haji Khusus

Haji reguler diselenggarakan langsung oleh Kementerian Agama, sedangkan haji khusus diselenggarakan oleh swasta yang terdaftar di Kemenag. Haji khusus biasanya disebut sebagai haji plus dan diselenggarakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).

Keberlanjutan Penyidikan

KPK akan terus melakukan penyidikan dan memanggil para saksi serta pihak-pihak terkait. Penetapan tersangka akan dilakukan setelah penyidik memiliki cukup bukti untuk menjerat para pelaku.