AZWI Minta Tolak Naskah INC dalam Perjanjian Global Plastik

Kritik terhadap Teks Perjanjian Global Plastik yang Dianggap Lemah

Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyampaikan penolakan terhadap teks baru yang dirilis oleh Chair Intergovernmental Negotiating Committee (INC) untuk Perjanjian Global Plastik. Dokumen tersebut dinilai sebagai kemunduran besar dalam upaya mengatur seluruh siklus hidup plastik, termasuk pembatasan produksi. Sebelumnya, proses negosiasi selama tiga tahun menunjukkan dukungan luas terhadap perjanjian yang ambisius dan komprehensif.

AZWI adalah jaringan organisasi yang berkomitmen pada penerapan konsep zero waste melalui berbagai program dan inisiatif. Beberapa anggota AZWI juga menjadi pengamat di INC 5.2 yang berlangsung di Jenewa, Swiss, dari tanggal 5 hingga 14 Agustus 2025. Salah satu peserta yang hadir adalah Yuyun Ismawati dari Nexus3 Foundation.

Yuyun menyatakan bahwa teks yang dirilis tidak mencerminkan kepentingan semua pihak, tetapi lebih banyak menguntungkan negara-negara penghasil plastik. Meskipun preambul menyebutkan adanya keseimbangan antara berbagai delegasi, beberapa paragraf dalam dokumen tersebut justru memprioritaskan kepentingan negara-negara produsen plastik. Selain itu, sejumlah garis merah yang diajukan oleh delegasi negara progresif diabaikan dalam teks terbaru ini.

Salah satu elemen utama yang lemah dalam teks Chair adalah ketiadaan kewajiban global yang mengikat untuk pengurangan produksi plastik atau penghapusan bahan kimia berbahaya. Padahal, sebanyak 140 negara telah menyerukan larangan dan phase-out terhadap bahan-bahan tersebut. Selain itu, tidak ada ketentuan yang jelas tentang keharusan penghapusan plastic chemicals, emisi, atau pengurangan produksi.

Sebaliknya, istilah seperti recycling dan circularity disebutkan sebanyak 13 kali, begitu pula dengan kata waste. Hal ini menunjukkan fokus teks hanya pada bagian hilir dari masalah plastik, bukan pada solusi yang menyeluruh.

Kekurangan dalam Teks Perjanjian

Tidak hanya itu, teks juga tidak memiliki kewajiban untuk mendesain produk plastik yang aman, dapat digunakan ulang, dan bebas dari zat beracun. Meskipun 129 negara mendukung hal ini selama negosiasi minggu lalu, teks tersebut masih sangat lemah dalam aspek ini. Bahkan, ketentuan tentang reuse hanya disebut sebagai fitur desain tanpa target kuantitatif atau kewajiban pelaporan.

Selain itu, tidak ada mekanisme voting yang efektif di COP untuk memutuskan isu substansi. Meski 120 negara mendukung klausul ini, dana multilateral yang disebutkan tidak memiliki kewajiban kontribusi, sehingga janji pembiayaan menjadi tidak nyata.

Yuyun menyarankan agar delegasi menolak teks ini sebagai dasar negosiasi. Menurutnya, teks terbaru tidak memiliki ambisi yang cukup tinggi dan meremehkan masukan dari lebih 170 negara. Ia menekankan bahwa isu utama yang harus dimasukkan ke dalam pasal perjanjian adalah pembatasan dan pengurangan produksi plastik serta bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam produksi plastik.

Kritik dari Anggota Lain

Rahyang Nusantara, Deputi Direktur Dietplastik Indonesia, menyebut teks ini sebagai “waste management treaty” bukan “plastic treaty” yang mencakup seluruh siklus hidup plastik sesuai dengan mandat Resolusi UNEA 5/14. Ia menilai teks ini tidak menunjukkan komitmen global untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari pencemaran plastik, meskipun bukti-bukti sudah disajikan oleh para ilmuwan.

Ia menyoroti ketidakmampuan teks dalam mengatur solusi pencegahan polusi plastik di hulu, khususnya sistem guna ulang. Tidak ada target global untuk reuse/refill, tidak ada pasal yang mewajibkan transisi sistemik, dan tidak ada pengurangan produksi plastik. Bahkan, ketentuan terkait bahan kimia berbahaya dan kesehatan publik dihapus dari teks, padahal hal ini penting untuk keamanan sistem reuse.

Penolakan terhadap Teks yang Tidak Ambisius

Ibar Akbar, Zero Waste Campaigner Greenpeace Indonesia, menilai teks ini menyerahkan masa depan planet kepada kepentingan petrostate dan industri. Dengan bahasa yang lemah dan target kosong, teks ini memastikan produksi plastik terus meningkat tanpa batas. Pencemaran plastik terus membunuh ekosistem, mencemari pangan dan air, serta mengancam kesehatan miliaran orang.

Nindhita Proboretno, Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia, menyatakan bahwa perjanjian global yang tidak memotong produksi plastik sama saja dengan business as usual atau status quo. Ia berharap negara-negara yang sedang bernegosiasi di Jenewa menolak teks lemah ini dan menepati janji ambisi mereka. Ia menekankan bahwa negara harus berpihak pada rakyat, bukan pada pelobi industri.

Dengan 30 jam tersisa untuk negosiasi, Nindhita menyatakan bahwa teks ini gagal melindungi planet dari pencemaran plastik. Ia menilai teks ini adalah kemenangan bagi industri dan negara-negara penghasil minyak. Ia mengimbau seluruh negara untuk menolak teks ini dan memperjuangkan perjanjian yang kuat, mengikat, serta melindungi generasi saat ini dan yang akan datang.

Berita Utama: IHSG Mendekati Level 8.000 dan COIN 43% Setelah IPO

Perkembangan Pasar Saham dan Kinerja Perusahaan Terkini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,3% pada penutupan perdagangan Rabu (13/8), dengan posisi indeks mencapai rekor tertinggi sepanjang masa yaitu 7.892. Kenaikan ini didorong oleh nilai transaksi saham yang mencapai Rp 21,07 triliun dan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp 14.233 triliun. Sebanyak 346 saham menguat, sementara sembilan dari sebelas sektor terpantau naik, dipimpin oleh sektor teknologi.

Di tengah lonjakan IHSG, beberapa saham juga mencatat kenaikan signifikan, seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), meskipun ada juga saham yang terkoreksi, seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Selain itu, terjadi sejumlah transaksi crossing besar, termasuk pada saham PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Free Float Saham COIN Melonjak Jadi 43% Usai IPO

Saham PT Indo Kripto Semesta Tbk (COIN) mencatat lonjakan drastis dalam porsi free float, meningkat dari 15% saat penawaran umum perdana (IPO) menjadi 43,05%. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor terkait penyebabnya, karena free float biasanya merujuk pada saham yang dimiliki publik kurang dari 5% per individu, tidak termasuk pemegang saham pengendali atau direksi.

Direktur Keuangan COIN, Abraham Nawawi, menjelaskan bahwa kenaikan free float ini bukan karena penjualan saham, melainkan hasil rekategorisasi sesuai Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor I-A. Aturan tersebut mengklasifikasikan seluruh pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5% sebagai saham masyarakat, asalkan bukan pengendali, afiliasi, komisaris, direksi, atau saham treasury.

Kinerja Emiten Kawasan Industri Konglomerasi

Perusahaan pengembang kawasan industri menunjukkan kinerja yang beragam selama semester pertama tahun 2025. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencatat kenaikan laba bersih sebesar 523,54% menjadi Rp 310,65 miliar, didorong oleh lonjakan penjualan dan pendapatan jasa. Penjualan tanah matang menjadi kontributor utama pendapatan KIJA pada periode ini.

Sebaliknya, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mencatat penyusutan laba bersih sebesar 46,09% menjadi Rp 433,01 miliar, meskipun segmen industri masih mendominasi pendapatannya. Sementara itu, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membukukan rugi Rp 32,34 miliar, berbalik dari laba tahun sebelumnya, akibat penurunan pendapatan dan peningkatan beban dari entitas ventura bersama.

Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (13/8) setelah mencetak kenaikan harian tertinggi sepanjang tahun ini. Proyeksi ini didukung sinyal teknikal bullish seperti golden cross pada indikator MACD dan potensi pengujian level resistance berikutnya.

Analisis dari BinaArtha Sekuritas memprediksi IHSG dapat mencapai 8.025, sementara Phintraco Sekuritas menargetkan 7.910. Beberapa sekuritas terkemuka telah mengeluarkan daftar saham pilihan mereka untuk perdagangan hari ini, lengkap dengan rekomendasi level support dan resistance. Beberapa saham yang direkomendasikan antara lain BBRI, RATU, WIFI, dan GOTO.

Telkom Indonesia Akan Gelar RUPSLB

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 3 September 2025 dengan agenda utama perubahan jajaran pengurus perseroan. Agenda ini menjadi perhatian lantaran pada tahun yang sama, manajemen telah melakukan pergantian direksi melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Maret 2025 lalu.

Dalam RUPST tersebut, Dian Siswarini resmi diangkat sebagai Direktur Utama Telkom, menggantikan Ririek Adriansyah, dan Muhammad Awaluddin ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama. Selain itu, RUPST juga mengukuhkan Angga Raka Prabowo sebagai Komisaris Utama Telkom, menggantikan Bambang Brodjonegoro yang mengundurkan diri untuk fokus pada jabatan barunya di Asian Development Bank Institute (ADBI).

Perubahan kepemimpinan ini menunjukkan dinamika signifikan dalam struktur korporasi Telkom Indonesia yang merupakan salah satu BUMN strategis.