Mengenal Kapal Induk Nimitz, yang Paling Tua di Armada Amerika

Sejarah dan Fakta Menarik Tentang USS Nimitz

USS Nimitz adalah salah satu kapal induk pengangkut pesawat yang paling ikonik dalam sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat. Dengan kode nomor lambung CVN-68, kapal ini memiliki arti khusus karena menggunakan reaktor nuklir sebagai sumber tenaga utamanya. Hal ini memungkinkan kapal untuk beroperasi selama puluhan tahun tanpa perlu mengisi bahan bakar dalam jangka waktu tertentu. Kapal induk bertenaga nuklir seperti USS Nimitz sering terlibat dalam operasi militer AS dan sekutunya, dengan kekuatan tempur yang sangat besar.

Saat ini, hanya dua negara di dunia yang memiliki kapal induk bertenaga nuklir, yaitu Amerika Serikat dan Prancis. Sementara itu, negara-negara lain seperti Rusia dan Inggris masih menggunakan mesin konvensional untuk kapal induk mereka. Berikut adalah lima fakta menarik tentang USS Nimitz, kapal induk bertenaga nuklir tertua yang masih beroperasi di AL AS:

1. Nama Diambil dari Tokoh Terkenal AL AS di Era Perang Dunia II

Nama USS Nimitz diambil dari seorang tokoh penting dalam sejarah Angkatan Laut AS, yaitu Laksamana Chester William Nimitz. Ia adalah panglima tertinggi armada AL AS di Pasifik selama Perang Dunia II. Pada masa itu, ia memimpin sekitar 2 juta personel, 5.000 kapal perang, dan 20.000 pesawat. Keberhasilannya dalam memimpin pertempuran Midway menjadi salah satu titik balik dalam perang Pasifik.

Karakter Laksamana Nimitz juga digambarkan dalam film layar lebar “Midway” yang dirilis pada 2019. Film ini menampilkan bagaimana keputusan strategisnya berhasil mengubah arah perang di Pasifik menjadi menguntungkan bagi AS.

2. Kapal Induk Bertenaga Nuklir Tertua di AL AS

USS Nimitz dibuat pada tahun 1968, diluncurkan pada 1972, dan resmi masuk dinas pada 1975. Saat ini, ia adalah kapal induk bertenaga nuklir tertua yang masih beroperasi di AL AS. Nimitz termasuk dalam kelas Nimitz, yang terdiri dari sepuluh unit kapal induk. Selain USS Nimitz, sembilan kapal lainnya dalam kelas ini mulai beroperasi antara 1977 hingga 2009.

Saat ini, AL AS memiliki dua kelas kapal induk aktif, yaitu kelas Nimitz dan kelas Gerald R. Ford. Kapal induk terbaru dalam kelas Gerald R. Ford adalah USS Gerald R. Ford (CVN-78), yang merupakan kapal pemimpin di kelas tersebut.

3. Memiliki Kekuatan Tempur Udara yang Besar

Sebagai kapal induk, USS Nimitz membawa berbagai jenis pesawat tempur dan pendukung. Salah satu skuadron utama yang tergabung di atas geladaknya adalah Wing Udara ke-17 (CVW-17). Skuadron ini terdiri dari sembilan unit, termasuk empat skuadron tempur seperti VFA-22, VFA-94, VFA-137, dan VFA-146. Pesawat utama yang digunakan adalah F/A-18 E/F Super Hornets, yang mampu melakukan misi udara dan serangan darat.

Selain itu, ada skuadron lain yang bertugas dalam peperangan elektronik, pengintaian, logistik, dan misi khusus. Beberapa helikopter ikonik seperti Seahawk juga terlibat dalam operasi-operasi tersebut.

4. Membawa Gugus Tempur Kapal Perang dalam Pelayarannya

USS Nimitz tidak berlayar sendirian. Kapal ini ditemani oleh gugus tempur kapal-kapal perang AL AS, termasuk kapal perusak (destroyer) dari kelas Arleigh Burke dan penjelajah (cruiser) dari kelas Ticonderoga. Kapal-kapal ini dilengkapi sistem peluncur rudal vertikal yang bisa digunakan untuk melindungi USS Nimitz dari ancaman musuh.

Selain itu, kapal selam serang AL AS juga bisa mengawal USS Nimitz dari kedalaman samudra, memberikan perlindungan tambahan dalam operasi militer.

5. Telah Teruji dalam Pertempuran Nyata

USS Nimitz telah terlibat dalam beberapa konflik militer yang signifikan. Contohnya, pada 1981, jet F-14 Tomcat dari USS Nimitz menembak jatuh dua jet Su-22 Libya di Teluk Sidra. Pada 2003, kapal ini mendukung operasi “Operation Iraqi Freedom” dan “Operation Enduring Freedom”. Pada 2017, USS Nimitz juga terlibat dalam operasi melawan ISIS di Irak dan Suriah.

Dengan segala kemampuan dan pengalamannya, USS Nimitz tetap menjadi salah satu simbol kekuatan militer AS. Kapal induk bertenaga nuklir seperti ini terus dikembangkan dan menjadi bagian penting dalam strategi pertahanan global.