Masjid Al Husna, Wisata Islami Pekanbaru dengan Aktivitas Berkuda dan Memanah

kamiMasjid Al Husna di Pekanbaru, Riau, tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi objek wisata keagamaan yang menarik perhatian.

Berada di lokasi penting, masjid ini menawarkan pengalaman keagamaan sekaligus liburan keluarga yang menyenangkan.

Mengusung konsep wisata berkuda dan berburu panah, Masjid Al Husna menyediakan kegiatan sunnah yang penuh makna edukatif.

Tidak heran bila lokasi ini mulai ramai dikunjungi penduduk setempat serta para wisatawan dari luar Pekanbaru.

Fasilitas yang tersedia sangat beragam, mulai dari area berkuda yang dapat dinikmati anak-anak maupun dewasa, lapangan panahan, hingga ruang belajar keagamaan.

Lingkungan yang sejuk dan rapi membuat pengunjung merasa nyaman berada lama-lama.

Selain memperdalam ritual ibadah, pengunjung juga dapat mengasah keterampilan fisik dalam suasana yang penuh nuansa Islam.

Aktivitas ini cocok bagi keluarga yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan kegiatan yang bermanfaat.

Masjid yang biasanya digunakan sebagai tempat ibadah dan kajian, kini juga ramai dikunjungi oleh warga yang antusias melihat Ashabul Husna Ranch (ASAR), sebuah fasilitas terbaru yang menyediakan olahraga sunnah, berkuda, dan berburu panah.

ASAR resmi dimulai pada akhir pekan lalu, hari Sabtu (19/7/2025).

Selain memperkenalkan fasilitas olahraga yang sesuai dengan ajaran agama, acara ini juga menjadi langkah awal Masjid Al Husna dalam mengembangkan dakwah berbasis kegiatan positif.

Ketua Umum Masjid Al Husna, Riko Sawindra, hadir secara langsung dan menyampaikan peran penting dalam menyajikan syiar Islam dengan berbagai bentuk yang lebih beragam.

Ini juga merupakan salah satu bentuk syiar kami dalam membangkitkan Masjid Al Husna. Dakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah, tetapi juga melalui olahraga sunnah seperti berkuda dan menembak panah. Masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya,” ujar Riko.

Riko yakin bahwa kehadiran ASAR tidak hanya memberikan manfaat secara rohani, tetapi juga memengaruhi segi sosial dan ekonomi.

Ia berharap kehadiran tempat ini mampu membangkitkan semangat kerja sama dengan pelaku UMKM setempat serta memberikan kesempatan untuk berwisata yang bermanfaat bagi keluarga.

ASAR memiliki fasilitas latihan panah serta jalur berkuda yang dibangun sesuai dengan standar keselamatan.

Kehadiran pelatih berpengalaman seperti Coach Aldo memberikan nilai tambah tersendiri bagi kegiatan ini.

Menurutnya, olahraga sunnah bukan hanya kegiatan jasmani, tetapi juga bagian dari pelaksanaan perintah agama.

“Kita harus bersyukur, di lingkungan masjid terdapat tempat seperti ini. Menembak dan berkuda merupakan perintah Nabi. Bahkan Allah menyebut kekuatan berkuda dalam surat Al-Anfal ayat 60. Maka ini bukan hanya olahraga, tetapi mengandung keberkahan,” jelas Coach Aldo.

Ia juga mengajak masyarakat agar menjadikan ASAR sebagai tempat edukasi keluarga.

“Bawa anak-anak ke sini, bawa keluarga. Kita tidak hanya sehat, tetapi juga mencontoh sunnah Nabi Muhammad,” tambahnya.

Dengan dibukanya ASAR dan AHWa (Ashabul Husna Warkop), Masjid Al Husna kini tidak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah, tetapi juga menjadi tempat berkembangnya semangat kebersamaan serta gaya hidup yang islami.

Warga menyambut baik inisiatif ini, menjadikannya sebagai bentuk dakwah modern yang terjangkau dan mampu mencakup berbagai kalangan.

Tonton juga:

Rekomendasi tempat menyewa sepeda motor di Pekanbaru

Pengunjung, jika kamu masih ingin berlibur ke Pekanbaru tetapi tidak membawa kendaraan, kamu bisa menyewa motor di tempat penyewaan motor.

Berikut beberapa saran lokasi penyewaan sepeda motor di Pekanbaru yang bisa kamu gunakan untuk menyewa harian hingga mingguan.

Daftar tempat penyewaan sepeda motor di Pekanbaru ini mempermudah kamu mengunjungi objek wisata hingga pusat souvenir selama liburan.

Berikut rekomendasinya:

1. Jadi Jaya

Mencari lokasi penyewaan motor dengan harga terjangkau di Pekanbaru? Jaya bisa menjadi alternatif yang cocok.

Jaya Jaya menyewakan sepeda motor dengan harga yang sangat murah, yaitu mulai dari Rp 50.000 per hari.

Pilihan jenis kendaraan yang tersedia sangat beragam, sehingga dapat disesuaikan dengan preferensi pengguna.

Harga penyewaan yang disajikan sudah mencakup fasilitas helm, jas hujan, dan layanan antar-jemput.

Untuk melakukan pemesanan atau mendapatkan informasi tambahan, silakan hubungi nomor 08117588377.

Lokasi: Jalan Murai Batu Nomor A1-6, Simpang Tiga, Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau.

2. Rental Motor Pekanbaru

Berikutnya, terdapat Rental Motor Pekanbaru yang siap memenuhi kebutuhan transportasimu saat berkeliling Pekanbaru.

Penyewaan motor di Pekanbaru menawarkan berbagai unit yang dapat disewa dengan harga mulai dari Rp 100.000 per hari.

Persyaratan penyewaan sederhana dan tidak rumit, serta kondisi kendaraan sangat terjaga dengan baik.

Pelanggan akan mendapatkan fasilitas helm serta jas hujan, juga tersedia layanan antar-jemput.

Untuk melakukan pemesanan dan mendapatkan informasi tambahan, silakan hubungi nomor 081364588843.

Lokasi: Jalan Serasi Nomor 10, Delima, Tampan, Kota Pekanbaru, Riau.

3. Delta Rental Motor

Delta Rental Motor menawarkan berbagai pilihan kendaraan dengan model terbaru.

Unit dipastikan dalam keadaan terjaga dan siap digunakan, sehingga nyaman saat digunakan.

Harga sewa bervariasi, tergantung pada jenis motor dan lama waktu penyewaan yang telah disepakati.

Setiap kendaraan motor yang disewa sudah dilengkapi dengan perlengkapan jas hujan, helm, serta layanan antar dan jemput gratis.

Untuk melakukan pemesanan atau mendapatkan informasi tambahan, silakan hubungi nomor 085276742012.

Lokasi: Jalan Tengku Bey, Simpang Tiga, Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau.

4. Rental Motor Hayatul

Penyewaan Motor Hayatul menyediakan berbagai pilihan motor matic.

Harga sewa dimulai dari Rp 100.000 per hari.

Harga tersebut telah mencakup fasilitas helm, jas hujan, serta layanan antar dan jemput ke berbagai lokasi.

Terdapat berbagai paket menarik yang ditawarkan.

Untuk melakukan pemesanan dan mendapatkan informasi tambahan, silakan hubungi nomor 081273096073.

5. Penyewaan Mobil & Motor Samosir

Tempat penyewaan motor di Pekanbaru yang lain yang dapat menjadi pilihan adalah Samosir Rental Mobil & Motor.

Samosir Rental Mobil & Motor menyediakan kendaraan yang dalam kondisi baik dengan dilengkapi 2 helm, 2 jaket hujan serta menawarkan fasilitas antar dan jemput.

Harga sewa yang ditawarkan berbeda-beda, tergantung jenis motor dan lamanya waktu penyewaan.

Untuk reservasi dan informasi tambahan, hubungi 081365020345.

Lokasi: Jalan Kapau Sari IX, Perum Cendana Blok D1 Nomor 22, Tenayan Raya, Tengkerang Timur, Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau.

(Tribunpekanbaru.com/Alexander) (kami/nurulintaniar/muhammadyurokha)

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judulMasjid Al Husna Menghadirkan Pengalaman Wisata Islami Melalui Kuda dan Panah

Gawai Pengaruhi Otak Anak? Bahaya Tantrum dan Gangguan Kesehatan Mental

Perdebatan tentang Dampak Gawai pada Anak-Anak

Penggunaan gawai sering dikaitkan dengan masalah seperti depresi, tantrum, dan gangguan perilaku pada anak-anak. Namun, jika dilihat dari perspektif ilmiah, dampaknya mungkin tidak se sederhana yang terlihat. Sebagai contoh, saat sedang mengerjakan tugas rumah, saya memberikan iPad suami kepada anak bungsu agar dia bisa bermain. Namun, ketika saya memutuskan untuk menghentikannya, anak tersebut menunjukkan reaksi yang sangat ekstrem, termasuk menendang dan berteriak.

Anak-anak yang lebih besar juga mulai menjelajahi media sosial, gim daring, dan realitas virtual, yang membuat saya khawatir. Saya mendengar mereka saling mengejek tentang istilah “touch the grass”, yang berarti berhenti bermain gawai dan melakukan aktivitas di luar ruangan. Bahkan Steve Jobs, CEO Apple, tidak mengizinkan anak-anaknya memiliki iPad. Bill Gates juga pernah membatasi akses anak-anaknya terhadap teknologi.

Banyak orang percaya bahwa penggunaan gawai atau screen time berkaitan dengan peningkatan depresi remaja, masalah perilaku, dan kurang tidur. Ahli saraf Susan Greenfield bahkan menyatakan bahwa penggunaan internet dan permainan komputer dapat membahayakan otak remaja. Pada 2013, ia membandingkan efek negatif waktu layar dengan perubahan iklim, sebuah pergeseran signifikan yang tidak ditanggapi serius oleh masyarakat.

Namun, kini banyak orang mulai lebih memperhatikan hal ini. Namun, peringatan tentang sisi gelapnya mungkin tidak menceritakan keseluruhan cerita. Sebuah editorial di British Medical Journal berpendapat bahwa klaim Susan Greenfield tidak didasarkan pada penilaian ilmiah yang adil dan menyesatkan orang tua serta masyarakat luas.

Sejumlah ilmuwan Inggris lainnya mengklaim bahwa bukti ilmiah tentang dampak negatif penggunaan gawai masih kurang. Jadi, apakah kita salah dalam mengkhawatirkan anak-anak kita dan membatasi akses mereka ke tablet dan ponsel pintar? Apakah benar seburuk itu?

Pete Etchells, profesor psikologi di Bath Spa University, berpendapat bahwa bukti-bukti tersebut masih kurang. Ia telah menganalisis ratusan penelitian tentang waktu layar dan kesehatan mental, serta data tentang kebiasaan anak muda di depan layar. Dalam bukunya Unlocked: The Real Science of Screen Time, ia berpendapat bahwa ilmu di balik kesimpulan yang sensasional (menarik perhatian media) itu tidak konsisten dan, dalam banyak kasus, cacat.

Penelitian yang diterbitkan oleh American Psychology Association pada 2021 menunjukkan hasil yang serupa. Ke-14 penulisnya, yang berasal dari berbagai universitas di seluruh dunia, menganalisis 33 penelitian yang diterbitkan antara tahun 2015 dan 2019. Mereka menemukan bahwa menggunakan gawai, termasuk ponsel pintar, media sosial, dan gim video, memiliki pengaruh kecil dalam masalah kesehatan mental.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa cahaya biru, seperti yang dipancarkan oleh layar gawai, membuat penggunanya lebih sulit untuk tertidur karena menekan hormon melatonin. Namun, tinjauan terhadap 11 penelitian dari seluruh dunia pada tahun 2024 tidak menemukan bukti secara keseluruhan bahwa cahaya layar dalam satu jam sebelum tidur membuat lebih sulit untuk tertidur.

Masalah dengan Sains

Profesor Etchells menyebutkan bahwa salah satu masalah besar adalah sebagian besar data mengenai penggunaan gawai sangat bergantung pada laporan mandiri. Dengan kata lain, para peneliti hanya bertanya kepada anak muda berapa lama waktu yang mereka habiskan di depan layar gawai dan bagaimana perasaan mereka setelahnya. Ia juga berpendapat bahwa ada jutaan cara yang mungkin untuk menafsirkan data dalam jumlah besar ini.

Etchells mencontohkan adanya peningkatan yang signifikan secara statistik pada penjualan es krim dan gejala kanker kulit selama musim panas. Keduanya terkait dengan cuaca yang lebih hangat, tetapi tidak saling berhubungan: es krim tidak menyebabkan kanker kulit.

Etchells juga mengingat sebuah proyek penelitian yang terinspirasi oleh seorang dokter umum yang memperhatikan dua hal: pertama, mereka lebih banyak berbicara dengan anak muda tentang depresi dan kecemasan, dan kedua, banyak kaum muda menggunakan ponsel di ruang tunggu. “Jadi kami bekerja sama dengan dokter itu, dan kami bilang, ‘Oke, mari kita uji ini, kita bisa menggunakan data untuk mencoba memahami hubungan ini’,” jelasnya.

Meskipun keduanya memang berkorelasi, ada faktor tambahan yang signifikan: berapa banyak waktu yang dihabiskan sendirian oleh mereka yang mengalami depresi atau kecemasan. Pada akhirnya, studi tersebut menunjukkan bahwa kesepianlah yang menjadi pemicu masalah kesehatan mental mereka, bukan waktu menonton layar itu sendiri.

Konten Negatif atau Positif

“Kemudian, ada detail yang hilang tentang sifat waktu layar itu sendiri: istilah tersebut terlalu samar,” kata Profesor Etchells. Apakah menonton layar akan membuat bahagia dan membangkitkan semangat? Apakah bermanfaat? Informatif? Atau apakah itu doomscrolling atau mengonsumsi konten negatif? Apakah anak muda itu sendirian atau berinteraksi secara daring dengan teman-teman?

Setiap faktor tersebut menghasilkan pengalaman yang berbeda. Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari AS dan Inggris mengamati 11.500 pemindaian otak anak-anak berusia 9 hingga 12 tahun, beserta dengan penilaian kesehatan dan laporan penggunaan waktu layar mereka sendiri. Meskipun pola penggunaan gawai dikaitkan dengan perubahan cara area otak terhubung, penelitian tersebut tidak menemukan bukti bahwa penggunaan gawai terkait dengan kesehatan mental yang buruk atau masalah kognitif, bahkan di antara mereka yang menggunakan gawai selama beberapa jam dalam sehari.

Penelitian yang berlangsung dari tahun 2016 hingga 2018 itu diawasi oleh Profesor Andrew Przybylski dari Universitas Oxford, yang telah mempelajari dampak gim video dan media sosial terhadap kesehatan mental. Penelitiannya yang telah melalui tinjauan sejawat menunjukkan bahwa keduanya, sebenarnya, dapat meningkatkan kesejahteraan alih-alih merusaknya.

“Jika Anda berpikir bahwa layar memang mengubah otak menjadi lebih buruk, Anda akan melihat sinyal itu dalam kumpulan data besar seperti itu,” kata Profesor Etchells. “Namun, sinyal itu tidak terlihat. Jadi gagasan bahwa layar mengubah otak menjadi buruk secara konsisten atau permanen, sepertinya tidak demikian,” sambungnya.

Formula yang Buruk untuk Kesehatan Mental

Baik Profesor Przybylski maupun Profesor Etchells tidak membantah ancaman serius dari bahaya daring tertentu, seperti pelecehan anak dan paparan konten eksplisit atau berbahaya. Namun, keduanya berpendapat bahwa perdebatan saat ini seputar penggunaan gawai berisiko mendorongnya semakin tersembunyi.

Przybylski khawatir dengan argumen yang mendukung pembatasan atau bahkan pelarangan perangkat. Ia meyakini bahwa semakin ketat penggunaan gawai diawasi, semakin besar kemungkinan hal itu menjadi buah terlarang. Banyak yang tidak setuju. Kelompok kampanye Inggris, Smartphone Free Childhood, mengatakan bahwa 150.000 orang sejauh ini telah menandatangani pakta untuk melarang ponsel pintar bagi anak di bawah usia 14 tahun dan menunda akses ke media sosial hingga usia 16 tahun.

Jean Twenge, profesor psikologi dari San Diego State University, mulai meneliti peningkatan angka depresi di kalangan remaja AS, ia tidak bermaksud membuktikan bahwa media sosial dan ponsel pintar itu mengerikan. Namun, ia menemukan bahwa keduanya adalah satu-satunya faktor penyebab umum. Saat ini, ia meyakini bahwa memisahkan anak-anak dari gawai adalah keputusan yang tepat, dan mendesak orang tua untuk menjauhkan anak-anak dari ponsel pintar selama mungkin.

“Otak anak-anak lebih berkembang dan lebih matang pada usia 16 tahun. Dan lingkungan sosial di sekolah serta kelompok pertemanan jauh lebih stabil pada usia 16 tahun daripada saat berusia 12 tahun,” ujarnya.

Penghakiman di Antara Orang Tua

Saat saya dan Profesor Etchells berbicara, kami melakukannya melalui obrolan video. Salah satu anaknya dan anjingnya keluar masuk ruangan. Saya bertanya apakah gawai benar-benar “mengubah” otak anak-anak, dan ia tertawa, menjelaskan bahwa segala sesuatu mengubah otak: begitulah cara manusia belajar. Namun, ia juga sangat memahami kekhawatiran orang tua mengenai potensi bahaya gawai.

Hal yang tidak membantu orang tua adalah sedikitnya panduan yang jelas dan bahwa topik ini penuh dengan bias dan penghakiman. Jenny Radesky, dokter anak di University of Michigan, menyimpulkan hal ini saat ia berbicara di Dana Foundation, sebuah yayasan filantropi.

“Ada wacana yang semakin menghakimi di kalangan orang tua. Begitu banyak hal yang dibicarakan orang-orang tampaknya lebih memicu rasa bersalah orang tua daripada menjelaskan apa yang bisa disampaikan oleh penelitian. Dan itu adalah masalah nyata,” jelasnya.

Kalau dipikir-pikir, amukan anak bungsu saya karena iPad saat itu, membuat saya khawatir. Namun setelah dipikir-pikir, saya pernah melihat hal serupa yang tidak berhubungan dengan gawai: seperti saat anak saya bermain petak umpet dengan saudara-saudaranya dan tidak mau bersiap tidur.

Penggunaan gawai juga sering menjadi topik pembicaraan saya dengan orang tua lain. Sebagian dari kami lebih ketat daripada yang lain. Saran resmi saat ini tidak konsisten. Baik Akademi Pediatri Amerika Serikat maupun Royal College of Paediatrics and Child Health di Inggris tidak merekomendasikan batasan waktu khusus untuk anak-anak. Sementara itu, WHO menyarankan agar anak di bawah usia satu tahun tidak menggunakan gawai sama sekali, dan tidak lebih dari satu jam per hari untuk anak di bawah empat tahun (meskipun jika Anda membaca kebijakannya, hal ini bertujuan untuk memprioritaskan aktivitas fisik).

Ada masalah yang lebih besar di sini, yaitu kurangnya ilmu pengetahuan untuk membuat rekomendasi yang pasti, dan hal ini memecah belah komunitas ilmiah, meskipun ada dorongan sosial yang kuat untuk membatasi akses anak-anak. Dan tanpa pedoman yang pasti, apakah kita menciptakan arena yang tidak seimbang bagi anak-anak yang sudah melek teknologi saat dewasa, dan bagi mereka yang tidak dan bisa jadi lebih rentan karenanya?

Apa pun itu, risikonya besar. Jika penggunaan gawai benar-benar merusak anak-anak, mungkin butuh waktu bertahun-tahun sebelum ilmu pengetahuan mengejar dan membuktikannya. Atau jika pada akhirnya disimpulkan bahwa tidak ada dampak negatif dari menatap layar gawai, kita akan membuang energi dan uang, serta dalam prosesnya, mencoba menjauhkan anak-anak dari sesuatu yang juga bisa sangat berguna.

Sementara itu, dengan layar yang kini menjadi kacamata, media sosial berkumpul kembali di sekitar komunitas yang lebih kecil, dan orang-orang menggunakan chatbot AI untuk membantu pekerjaan rumah atau bahkan untuk terapi, teknologi yang sudah ada dalam hidup kita berkembang pesat, entah kita mengizinkan anak-anak kita mengaksesnya atau tidak.