5 Fakta Menarik Burung Julang Sulawesi, Sangat Indah!

Penampilan Julang Sulawesi yang Menarik

Julang sulawesi memiliki penampilan yang sangat menarik, terutama di bagian kepalanya. Bagian ini menjadi salah satu cara untuk membedakan antara burung jantan dan betina. Burung jantan memiliki leher berwarna merah kecokelatan, mata merah, pangkal paruh berwarna kebiruan, paruh panjang berwarna kuning dengan corak unik, serta jambul besar berwarna merah di atas kepala. Sementara itu, burung betina memiliki bulu di lehernya berwarna hitam dengan sedikit kebiruan di dekat pangkal paruh, mata kecokelatan, paruh kuning, dan jambul berwarna kuning.

Selain dari bagian kepala, ciri fisik jantan dan betina cenderung mirip dengan bulu di badan yang didominasi warna hitam dan bulu ekor berwarna putih. Ukuran julang sulawesi termasuk dalam kelompok burung julang dengan ukuran masif. Dalam satu kelompok, maksimal terdapat 50 individu yang akan bergerak bersama setiap hari, khususnya ketika mencari makan.

Habitat dan Makanan Favorit

Julang sulawesi merupakan hewan endemik Indonesia yang secara eksklusif berada di Pulau Sulawesi. Peta persebaran mereka cukup merata dari ujung ke ujung pulau. Beberapa kantung populasi juga bisa ditemukan di pulau-pulau kecil sekitar Sulawesi seperti Pulau Lembeh, Togian, Muna, dan Butung.

Habitat utama bagi julang sulawesi adalah hutan dataran tinggi atau bukit dengan vegetasi yang sangat lebat dan rapat. Mereka suka berada di tempat dengan elevasi antara 1.100—1.800 meter di atas permukaan laut. Saat musim kawin tiba, biasanya julang sulawesi akan pindah ke hutan sekunder.

Untuk urusan makanan, burung yang satu ini termasuk frugivor alias pemakan buah. Terdapat sekitar 52 jenis buah berbeda yang dikonsumsi julang sulawesi, dimana 19 di antaranya adalah jenis buah ara (sekitar 60—82 persen). Namun, kadang-kadang beberapa individu dalam momen yang langka kedapatan mengonsumsi serangga untuk melengkapi menu makanan.

Sarang yang Unik

Julang sulawesi termasuk burung yang bergerak secara berkelompok. Dalam satu kelompok, maksimal terdapat 50 individu yang akan bergerak bersama setiap hari, khususnya ketika mencari makan. Dalam satu hari, kelompok julang ini dapat melindari area seluas 30—60 km persegi.

Setelah beraktivitas, masing-masing julang sulawesi akan kembali ke sarang untuk beristirahat. Sebenarnya sarang burung ini memanfaatkan lubang atau celah yang ada di batang pohon, tetapi mereka melakukan sedikit modifikasi supaya dapat tinggal dengan nyaman. Sarang yang dimodifikasi tersebut punya beberapa keunikan tersendiri.

Mengingat ukuran julang sulawesi yang besar, seharusnya sarang buatan burung ini turut berukuran besar. Namun, julang sulawesi betina justru “mengurung” diri sendiri di dalam sarang dengan memanfaatkan lumpur, kotoran, sampai sisa-sisa buah. Akibatnya, hanya ada satu celah kecil saja yang hanya muat dimasuki paruh jantan dari luar.

Pengurungan ini dilakukan betina saat ia sedang mengasuh anak. Artinya, ada kerja sama unik antara jantan dan betina, dimana jantan akan berusaha mencari makanan sambil membawanya ke sarang untuk betina, sementara betina akan menjaga anak mereka. Kondisi ini akan berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan 2 bulan!

Sistem Reproduksi

Julang sulawesi ternyata termasuk hewan monogami. Ketika satu pasangan terbentuk, keduanya akan selalu bersama sampai salah satu di antaranya mati. Musim kawin bagi burung ini berlangsung sekitar pertengahan bulan Juni. Setelah selesai kawin, betina akan mulai mempersiapkan sarang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Rata-rata betina hanya akan menghasilkan 2—3 butir telur dalam satu musim kawin. Telur-telur ini akan menjalani masa inkubasi selama 32—35 hari sebelum akhirnya menetas di dalam sarang. Setelah lahir, anak julang sulawesi akan bersama si induk selama 58—140 hari. Sayangnya, dari jumlah telur yang dihasilkan, umumnya hanya akan ada seekor anak saja yang selamat sampai usia dewasa.

Status Konservasi

Berdasarkan catatan IUCN Red List, julang sulawesi masuk dalam daftar hewan rentan punah. Parahnya lagi, tren populasi burung ini diduga terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ada banyak masalah yang dihadapi spesies julang ini dan mayoritas dari masalah itu justru datang dari aktivitas manusia.

Misalnya saja, pembukaan lahan yang menghancurkan hutan di sepanjang peta persebaran julang sulawesi sudah sangat parah sejak tahun 1990-an. Masalahnya, pembukaan lahan itu dilakukan secara serampangan dan tak jarang dilakukan secara tak terkontrol, semisal lewat pembakaran hutan. Akibatnya, burung ini kesulitan untuk memperoleh rumah, bereproduksi dengan baik, sekaligus sulit mencari makanan. Belum lagi, ketika peraturan yang melindungi belum keluar, julang sulawesi sering jadi target berburu untuk dikonsumsi ataupun untuk dijadikan hewan peliharaan eksotis.

Berdasarkan masalah itu, julang sulawesi akhirnya memperoleh perlindungan lewat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi. Selain regulasi, upaya mengembalikan hutan dan konservasi terhadap burung ini turut dilakukan dengan harapan populasi mereka jadi lebih stabil atau bahkan meningkat. Semoga saja sederet upaya tersebut bisa membuahkan hasil yang positif. Soalnya sayang sekali, kan, kalau burung cantik yang satu ini sampai punah di alam.

6 Fakta Menarik Jalak Telinga Biru yang Suka Mengikuti Mamalia Besar

Burung Jalak Telinga Biru: Penampilan Mencolok dan Perilaku Unik

Burung memiliki berbagai jenis dengan ciri khas dan habitat yang berbeda-beda. Salah satu yang menarik perhatian adalah jalak telinga biru, atau dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai Lamprotornis chalybaeus. Burung ini sering ditemukan di wilayah Afrika Sub-Sahara dan hidup di area terbuka seperti sabana, lahan pertanian, hingga taman kota. Warna bulunya yang biru mengilap membuatnya mudah dikenali, terutama saat terkena sinar matahari.

Tidak seperti burung lain yang cenderung menyendiri, jalak telinga biru lebih suka tinggal dalam kelompok besar. Selain penampilannya yang menarik, burung ini juga memiliki perilaku unik yang jarang diketahui. Berikut beberapa fakta menarik tentang jalak telinga biru:

Habitat yang Luas dan Fleksibel

Jalak telinga biru tidak hanya terbatas pada hutan lebat atau savana terbuka, tetapi juga bisa ditemukan di dekat pemukiman manusia, taman kota, dan area pertanian. Di daerah pedesaan, mereka sering bertengger di pohon akasia atau semak-semak saat mencari mangsa serangga. Sementara itu, di kawasan urban, mereka cukup nyaman hidup berdampingan dengan manusia dan sering terlihat di tiang listrik atau bangunan tinggi.

Spesies ini tidak migrasi, artinya mereka tinggal di wilayah yang sama sepanjang tahun. Keberadaannya yang tersebar luas menjadikannya salah satu burung paling umum dan mencolok di Afrika.

Tampilan yang Menyerupai Batu Permata

Salah satu hal paling mencolok dari jalak telinga biru adalah penampilannya yang mirip batu permata hidup. Bulu-bulunya berwarna biru metalik dengan pantulan ungu dan hijau tergantung sudut cahaya. Hal ini disebabkan oleh struktur mikroskopis bulu, bukan pigmen. Matanya berwarna kuning terang, menciptakan kontras yang jelas dan memudahkan pengenalan dari kejauhan.

Burung ini memiliki ukuran sekitar 22 cm, termasuk sedang, dengan paruh hitam dan tubuh ramping yang memudahkannya bermanuver cepat. Penampilannya yang mengilap tidak hanya untuk estetika, tetapi juga digunakan dalam komunikasi antar-individu dan saat musim kawin. Pada jantan, kilau warnanya sering dimanfaatkan untuk menarik perhatian betina dan menunjukkan dominasi.

Pola Makan yang Fleksibel

Jalak telinga biru merupakan omnivora yang memakan hampir semua jenis makanan yang tersedia. Menu utamanya adalah serangga seperti belalang, jangkrik, dan semut, namun ia juga menyukai buah-buahan, biji-bijian, bahkan nektar. Burung ini kerap terlihat berjalan cepat di tanah saat berburu.

Di sisi lain, ia juga cukup cerdas dalam memanfaatkan lingkungan, seperti mengais makanan di dekat pasar atau mengikuti hewan besar untuk mencari mangsa yang terganggu oleh pergerakan mereka. Dalam kelompok, mereka kadang mencari makan bersama, yang meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko predator. Saat musim buah, mereka dapat berubah menjadi pemakan buah aktif dan ikut menyebarkan biji ke berbagai tempat.

Hidup dalam Kelompok Besar

Jalak telinga biru dikenal sebagai spesies sosial yang hidup dalam kawanan besar, sering kali terdiri dari puluhan hingga ratusan individu. Interaksi antaranggota kelompok sangat aktif, mulai dari mencari makan bersama hingga membangun sarang berdekatan. Mereka juga melakukan perawatan bulu secara berpasangan atau kelompok.

Burung ini jarang terlihat sendiri; bahkan saat bertengger pun mereka saling berdekatan dan berkomunikasi dengan suara-suara nyaring. Dalam kelompok campuran spesies pun, mereka tetap mampu menjaga identitas sosialnya. Kehidupan berkelompok ini menjadi strategi bertahan dari ancaman predator, karena lebih banyak mata yang berjaga. Selain itu, struktur sosial ini memudahkan proses pengasuhan anak dan pertukaran informasi lokasi makanan.

Bersimbiosis dengan Mamalia Besar

Salah satu fakta menarik dari jalak telinga biru adalah kebiasaannya mengikuti hewan mamalia besar seperti kerbau atau gajah. Hubungan ini bersifat komensalisme, di mana burung mendapat manfaat tanpa merugikan hewan yang diikutinya. Ketika hewan besar bergerak, mereka secara tidak langsung mengusir serangga dari semak atau rumput tinggi, yang kemudian langsung disambar oleh burung ini. Kadang, burung ini juga terlihat hinggap di punggung hewan besar tersebut, meskipun tidak memakan kutu layaknya burung pemakan parasit.

Perilaku Agresif dalam Melindungi Wilayah

Di balik sifat sosialnya yang hangat, jalak telinga biru memiliki sisi agresif dan protektif saat menyangkut urusan sarang. Burung ini akan melawan hewan lain, termasuk burung pemangsa seperti elang atau gagak, jika mereka mendekati wilayah sarangnya. Lokasi sarang biasanya berada di lubang pohon, celah dinding, atau ruang kecil yang sulit dijangkau oleh predator.

Selama musim berkembang biak, pasangan burung ini akan secara bergantian menjaga sarang dan memberi makan anak-anak mereka. Teriakan keras dan gerakan cepat digunakan untuk mengintimidasi penyusup yang mencoba mendekati sarangnya.

Jalak telinga biru tidak hanya dikenal karena bulunya yang berkilau, tapi juga karena perannya dalam menjaga keseimbangan alam. Burung ini membantu menyebarkan biji-bijian dan memangsa serangga yang bisa merusak tanaman. Salah satu perilaku menarik dari burung ini adalah kecenderungannya untuk bertelur di sarang burung lain. Meski tidak sepenuhnya seperti burung cuckoo, perilaku ini menunjukkan bahwa mereka bisa beradaptasi dengan berbagai kondisi. Unik dan penuh warna, jalak telinga biru memang layak jadi sorotan di antara burung-burung Afrika lainnya.