Sehari Bersama Ibu: Kesehatan Gratis dan Gado-Gado Lezat

Pengalaman Menemani Ibu Check-Up Kesehatan

Pekan lalu, ibu mengajak saya untuk menemani kegiatannya pada hari Senin, 11 Agustus, yaitu cek kesehatan. Ibu hanya ingin ditemani oleh anak perempuannya satu-satunya. Dari pengalaman masa kecil, saya ingat bahwa setiap kali ibu mengajak beraktivitas, ia selalu memberi iming-iming atau bujukan agar kami semangat. Misalnya, “nanti kita beli jajan, ya.”

Kini, kebiasaan itu masih terasa. Ibu berkata, “nanti selesai check-up kita makan gado-gado, ya. Ada juga mie ayam, atau bubur dan gorengan. Sampingnya juga ada minuman, tinggal pilih. Nanti kita makan di sana, ya,” rayuan yang penuh semangat.

Sepanjang hari setelah ibu mengajak, saya senyum-senyum terus. Pikiran saya terus-menerus mengingat bahwa dari kecil, ibu selalu menemani kegiatan kami tanpa diminta. Tapi, sekarang sudah dewasa, kenapa harus diminta jauh-jauh hari?

Ibu adalah orang yang pengertian, terutama tentang kegiatan anak-anaknya. Permintaan ini terdengar sederhana, tapi justru membuat hati merasa malu karena belum bisa menjadi pengertian seperti dirinya.

Pemeriksaan Kesehatan di Puskesmas

Tujuan kami pagi itu adalah Puskesmas Kebayoran Baru. Seperti biasa, kawasan Jakarta Selatan ramai dengan pengendara yang sedang berangkat kerja. Kami tiba pukul 7.30, pikir saya masih pagi banget, tapi rupanya itu jam kesiangan bagi ibu-ibu. “Yah dapet nomer antrian 27, datengnya udah siang sih,” gumam ibu.

Setelah verifikasi data lengkap, termasuk daftar akun satu sehat dan skrining identitas, semua dibantu oleh petugas sampai beres. Semua sangat ramah.

Begitu nama ibu dipanggil, langsung cek berat badan dan tensi. “Seratus tiga puluh delapan tensinya. Cukup tinggi ya bu,” kata suster. Itu hanya cek permulaan, lalu ibu diarahkan masuk ruang dokter.

Dokter memperhatikan tekanan darah sebagai masalah utama. Meski tidak memiliki riwayat darah tinggi atau keturunan, tensi ibu selalu turun-naik. Dokter bertanya mengenai rutinitas, salah satunya jam tidur. Rupanya, jam tidur ibu tidak teratur, sehingga menjadi penyebab tekanan darah naik. Anjuran dokter adalah tidur cukup dan teratur, serta obat tensi untuk beberapa waktu ke depan.

Pemeriksaan Lainnya

Tidak hanya tensi, ada pengecekan lain seperti gula darah dan kolesterol. Hasilnya normal. PR ibu adalah menurunkan tensi dan kadar kolesterol. Kolesterol kembali normal, jadi PR-nya tinggal satu saja, yaitu tensi. Gula darah ibu rendah namun dalam batas normal, jadi dokter menyarankan stabilisasi.

Dokter detail sekali, bertanya keluhan apa saja. Ibu mengeluh nyeri pada tangan kanan. Setelah anjuran diberikan, kami bergegas ke ruang obat. Ada dua jenis obat, yakni obat tensi 5mg dan suplemen kalsium 500mg.

Kebersihan dan Rasa Makanan

Setelah cek kesehatan, kami melipir ke belakang puskesmas. Di sana ada penjual makanan. Kami pesan gado-gado + nasi. Toping gado-gado berisi kangkung, bayam, labu siam, toge, kol, jagung, goreng tempe dan tahu, plus pare yang baru saya temui.

Bumbu kacangnya kental dengan perpaduan rasa manis gula merah dan gurih yang pas. Level pedas sedang, rasanya enak banget! Penyajian higienis, dan ibu sepakat soal rasa dan kebersihannya. Tempat ini menjadi favorit ibu, yang selalu dikunjungi setiap check-up.

Lokasi dan Rekomendasi

Meski jualannya di dalam komplek sepi, lokasi dagang ini terhimpit rumah gedong yang dijadikan kantor, serta bank di ujung komplek. Pembeli pasti ramai saat jam masuk kantor dan jam makan siang.

Jika ingin mencoba gado-gado dan aneka makanan sederhana, bisa langsung ke Jl. Iskandarsyah II Melawai, atau lihat Google Maps dengan patokan Bank BNI KCU Melawai.

Kesadaran akan Kehadiran Ibu

Menemani ibu berkegiatan di luar rumah mengingatkan saya pada masa kecil, yang tak pernah lepas dari genggaman ibu. Dahulu, pergi kemana pun selalu ditemani ibu dan saya selalu memperkenalkan kegiatan baru agar ibu tahu.

Kini, masa berganti. Ibu ingin ditemani beraktivitas dan memperkenalkan rutinitasnya. Sederhana, tapi seringkali kita sebagai anak cuek atau hanya menikmati lewat cerita ibu.

Beruntungnya ketika ibu tak malu-malu mengajak beraktivitas. Tak berat meluangkan waktu untuk diri ibu. Ini momen sederhana yang selalu saya kumpulkan dan peluk, selagi ibu masih ada dan sehat.

Salam sehat dan hormat untuk seluruh ibu di dunia, kalian hebat! Terima kasih banyak yaa, sudah mau mampir membaca aktivitas saya bersama ibu. Salam sehat dan bahagia selalu untuk dirimu yang lagi membaca.

Pemeriksaan kesehatan gratis tak cukup atasi masalah kesehatan di pesantren

Program Cek Kesehatan Gratis di Pesantren: Diperlukan Pendekatan Komprehensif

Program cek kesehatan gratis yang diberlakukan pemerintah untuk pelajar di Indonesia, termasuk para santri di pesantren, bertujuan untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses layanan kesehatan. Namun, meskipun langkah ini penting, program tersebut tidak cukup untuk menangani masalah kesehatan secara menyeluruh tanpa adanya upaya pencegahan dan intervensi lainnya.

Pondok pesantren adalah lingkungan yang padat dan rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Infeksi saluran pernapasan, kudis, tuberkulosis, gizi buruk, hingga gangguan mental sering kali muncul di sana. Oleh karena itu, cek kesehatan menjadi salah satu cara untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan para santri sejak dini. Pemeriksaan mencakup berbagai aspek seperti perilaku merokok, status gizi, tingkat aktivitas fisik, serta kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, terdapat pemeriksaan darah, skrining penyakit menular, talasemia, kesehatan reproduksi, dan kesehatan jiwa.

Namun, cek kesehatan tidak bisa bekerja sendirian. Berdasarkan Pedoman Pesantren Sehat 2019, tindakan pencegahan penyakit harus disertai dengan upaya lain. Salah satunya adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS melibatkan kebiasaan seperti mencuci tangan pakai sabun, mengonsumsi makanan bergizi, menggunakan jamban bersih, berolahraga, serta menjaga kebersihan lingkungan. Studi tahun 2016 menunjukkan bahwa PHBS efektif dalam meningkatkan kesadaran santri tentang kebersihan pribadi dan mencegah penyebaran penyakit.

Sayangnya, penerapan PHBS masih menjadi tantangan di pesantren. Banyak santri yang tidak konsisten dalam menerapkannya, meskipun mereka telah menerima sosialisasi. Hal ini terjadi karena kurangnya partisipasi aktif dari santri husada, yaitu kader kesehatan di pesantren. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari kader tersebut yang mempromosikan PHBS secara baik. Untuk meningkatkan partisipasi, tenaga kesehatan dari puskesmas perlu melakukan pendampingan dan pemantauan berkelanjutan. Selain itu, pengasuh dan orang tua juga perlu terlibat aktif dalam memotivasi santri.

Selain PHBS, jenis pemeriksaan kesehatan perlu diperluas agar lebih sesuai dengan kondisi nyata di pesantren. Misalnya, pemeriksaan kulit untuk mendeteksi kudis belum termasuk dalam cek kesehatan gratis yang tersedia. Kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau dan dapat menyebar cepat di lingkungan yang padat. Pada 2023, sekitar 84,8% penghuni sekolah asrama mengalami kudis, sehingga pemeriksaan kulit sangat penting untuk dimasukkan ke dalam program kesehatan.

Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah keterbatasan tenaga kesehatan. Jumlah santri di Indonesia mencapai 3,2 juta orang, namun jumlah tenaga kesehatan yang tersedia tidak cukup untuk menangani semua kebutuhan. Masalah ini bisa memengaruhi kualitas layanan dan meningkatkan beban kerja tenaga kesehatan. Selain itu, keterbatasan anggaran dan sarana prasarana juga menjadi hambatan dalam penerapan program promosi kesehatan.

Untuk memaksimalkan efektivitas program, peran santri husada perlu ditingkatkan. Mereka perlu dilatih dalam berbagai bidang seperti bantuan hidup dasar, antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, dan manajemen pos kesehatan. Selain itu, alokasi anggaran sebaiknya tidak hanya berfokus pada cek kesehatan gratis, tetapi juga mencakup pemantauan PHBS, imunisasi, dan pengobatan bagi santri.

Integrasi sistem informasi kesehatan seperti Aplikasi SATUSEHAT milik Kemenkes juga bisa membantu dalam mempercepat data dan tindak lanjut penanganan kasus. Dengan begitu, hasil pemeriksaan tidak hanya berupa angka, tetapi bisa digunakan sebagai dasar untuk memberantas masalah kesehatan secara menyeluruh di pesantren.

Secara keseluruhan, cek kesehatan gratis adalah langkah penting, tetapi tidak cukup jika tidak diiringi dengan upaya pencegahan, pendidikan, dan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Dengan pendekatan komprehensif, lingkungan pesantren dapat menjadi lebih sehat dan aman bagi para santri.