Jogja Run’nShine 2025: Lari, Seni, Musik, dan Budaya Yogyakarta

Jogja Run’nShine 2025: Acara yang Menggabungkan Olahraga, Seni, dan Budaya

Jogja Run’nShine 2025 akan menjadi acara tahunan yang menarik perhatian banyak pihak. Diadakan pada 14 September 2025 di Yogyakarta, acara ini diselenggarakan oleh Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) bekerja sama dengan Keluarga Alumni Hukum Gadjah Mada (Kahgama) dan Sirah Travel. Acara ini telah diluncurkan sebelumnya pada 18 Juli 2025 di GIK UGM Yogyakarta.

Dalam peluncuran tersebut, panitia memperkenalkan berbagai merchandise seperti jersey, medali, serta tas koleksi yang didesain oleh seniman lokal Yogyakarta. Hal ini menunjukkan komitmen acara untuk menghadirkan elemen kreatif dan artistik dalam setiap detailnya.

Direktur Utama GIK UGM, Alfatika Aunuriella Dini, menjelaskan bahwa nama Jogja Run’nShine terinspirasi dari visi besar Yogyakarta yaitu Jogja Renaissance. Visi ini menekankan Yogyakarta sebagai pusat peradaban unggul yang berbasis ilmu pengetahuan, seni, dan nilai-nilai keberadaban. Melalui acara ini, GIK UGM ingin menciptakan pengalaman yang tidak hanya menyenangkan secara olahraga tetapi juga melibatkan unsur seni dan budaya.

“Jogja Run’nShine 2025 bukan hanya tentang lari, tetapi tentang menghidupkan kembali energi kota melalui interaksi antar komunitas, pertunjukan seni dan budaya, serta eksplorasi kekayaan lokal melalui kegiatan olahraga dan olah rasa,” ujarnya dalam sebuah konferensi pers yang diadakan Kahgama.

Konferensi pers ini berlangsung pada 14 Agustus 2025 di Native Tribe Menteng, Jakarta. Hadir dalam acara tersebut adalah Ketua Umum Kahgama, Prof Dr Paripurna P Sugarda SH MHum LLM, Bendahara Umum Kahgama Triweka Rinanti SH MH, Sekretaris Jenderal Kahgama Mandela Sinaga SH MH, Direktur Marketing Galeri Bulaksumur Gayuh Adityo, Direktur Utama Sirah Travel Yoyo Prasetyo (Yoyo Padi), dan Direktur Sirah Travel Ani Fadly Arifuddin (Fadly Padi).

Kolaborasi yang Menyentuh Jiwa Kota

Perayaan olah rasa dalam Jogja Run’nShine 2025 akan diimplementasikan melalui pembukaan Galeri Bulaksumur. Galeri ini diharapkan dapat menghidupkan kembali konsep poros Bulaksumur-Gampingan. Gayuh Adityo mewakili Galeri Bulaksumur (Sedekat Imaji Rupa) menjelaskan bahwa kolaborasi ini memperkuat kesan Jogja Run’nShine 2025 sebagai ruang eksplorasi kreatif yang menyatu dengan semangat masyarakat.

Selain pembukaan Galeri Bulaksumur, perayaan olah rasa juga akan hadir dalam bentuk konser Sal Priadi. Dengan adanya konser ini, peserta dapat merasakan atmosfer seni dan musik yang hanya bisa ditemukan di Yogyakarta.

“Melalui kolaborasi ini, Sirah Travel ingin menghadirkan pengalaman wisata yang tidak terlupakan. Peserta dapat menikmati rute lari yang melintasi ikon budaya, mencicipi kuliner khas, serta merasakan atmosfer seni dan musik yang hanya bisa ditemukan di Yogyakarta,” tambah Gayuh.

Dukungan dari Alumni dan Komunitas Lokal

Ketua Umum Kahgama, Prof Paripurna, memberikan dukungan dan apresiasi atas penyelenggaraan Jogja Run’nShine 2025. Ia menilai acara ini sebagai bentuk kontribusi konkret alumni hukum UGM dalam membangun semangat kebersamaan dan cinta terhadap kota Yogyakarta melalui medium yang kreatif dan sehat.

Sekretaris Jenderal Kahgama, Mandela Sinaga, menambahkan bahwa Jogja Run’nShine 2025 juga menjadi sarana memperkuat ikatan lintas generasi alumni hukum UGM dengan masyarakat. Ia menegaskan bahwa melalui ajang ini, Kahgama ingin menunjukkan bahwa organisasi ini tidak hanya hadir di ruang akademik atau profesional, tetapi juga terlibat aktif dalam kegiatan kreatif yang menghidupkan aktivitas masyarakat.

“Kolaborasi antara alumni, komunitas lokal, pelaku seni, dan pelari dari berbagai latar belakang diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang saling menginspirasi,” tutup Mandela.

Bengkel Sekolah SMK, Menggerakkan Ekonomi Bangsa

Kehidupan di SMK Plus Al Ghifari: Tempat Mereka Belajar Menjadi Teknisi Andal

Pada Selasa, 5 Agustus 2025, suasana di SMK Plus Al Ghifari terasa penuh semangat dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para siswa. Saya sempat berkunjung ke sekolah yang berlokasi di Jalan Inspeksi Pengairan No. 23 Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung. Di salah satu sudut sekolah, tepatnya di bengkel (Balai Latihan Kerja Al Ghifari), terdapat pemandangan menarik yang menarik perhatian.

Tiga orang siswa dari jurusan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM) sedang fokus mengerjakan sesuatu. Mereka tidak sendirian; seorang guru, Pak Puji, S.T., tampak mendampingi mereka dengan sabar. Ketiga siswa itu sangat fokus, dengan sebuah sepeda motor yang mati mendadak di hadapan mereka. Motor tersebut ternyata milik salah satu staf di Al Ghifari, yang menjadi kesempatan emas bagi para siswa untuk mempraktikkan ilmu yang mereka dapatkan di kelas.

Praktik Langsung, Bukan Sekadar Teori

Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi langsung berhadapan dengan masalah nyata. Setiap siswa memegang perkakasnya, memeriksa setiap bagian motor, mulai dari mesin hingga sistem kelistrikan. Semangat dan ketekunan yang luar biasa terlihat dari mereka. Meskipun motor itu mati total, tidak ada raut wajah menyerah. Justru, mereka antusias dan aktif dalam diskusi serta bertanya kepada Pak Puji.

Bimbingan guru di sini bukan sekadar instruksi, melainkan proses kolaborasi. Mereka sama-sama mencari akar masalah mengapa motor itu tidak bisa menyala. Ini adalah contoh bagaimana pendidikan vokasi di SMK Plus Al Ghifari berhasil menghubungkan teori dan praktik.

Pendidikan Vokasi yang Relevan

Program keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM) tidak hanya mengajarkan materi di dalam kelas. Mereka memaksa siswa untuk terjun langsung, merasakan tantangan nyata. Apa yang mereka baca di buku, kini mereka praktikkan secara langsung dengan alat-alat bengkel. Mereka belajar bagaimana cara mendiagnosis masalah, mengganti suku cadang, dan melakukan perawatan yang benar.

Dalam kasus motor yang mati mendadak, para siswa harus menggunakan logika dan pengetahuan mereka. Mereka tidak bisa menebak-nebak. Dengan bimbingan Pak Puji, mereka mengecek satu per satu komponen. Mulai dari busi, karburator atau semisal, hingga sistem pengapian. Proses ini melatih mereka untuk berpikir sistematis, tidak panik, dan teliti.

Melatih Mental dan Keberanian

Praktik ini juga melatih mental mereka. Kadang, sebuah masalah tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Ada tantangan, ada kegagalan, dan ada proses mencoba-coba. Saat motor tidak kunjung menyala, rasa frustrasi pasti ada. Namun, di bawah bimbingan guru yang suportif, mereka belajar untuk tidak menyerah.

Mereka diajarkan bahwa setiap masalah pasti ada solusinya, asalkan kita mau berusaha dan berpikir keras. Pendidikan seperti ini sangat dibutuhkan di Indonesia. Lulusan SMK tidak hanya memiliki ijazah, tapi juga keahlian yang nyata. Ketika mereka lulus, mereka tidak akan bingung mencari pekerjaan. Mereka sudah punya bekal yang cukup.

Masa Depan di Tangan Mereka

Satu setengah jam berlalu. Ketiga siswa itu masih terus berupaya. Tangan mereka semakin kotor, tapi semangat mereka tidak luntur. Pak Puji, sang guru, hanya mengawasi sambil sesekali memberikan arahan singkat. Ia percaya pada kemampuan siswa-siswanya. Ia tahu, dengan bimbingan yang tepat, mereka pasti bisa menyelesaikan masalah ini.

Akhirnya, momen yang dinanti tiba. Salah satu siswa mencoba menyalakan motor dengan menekan tombol starter. Terdengar suara mesin yang berputar, lalu motor itu hidup kembali. Suara mesin itu bukan sekadar suara motor, tapi juga suara kemenangan. Wajah ketiga siswa itu langsung berseri-seri. Mereka saling tos, menunjukkan rasa bangga dan puas.

Keberhasilan ini bukan hanya keberhasilan pribadi. Ini adalah bukti bahwa pendidikan vokasi berjalan dengan baik. Para siswa ini tidak hanya memperbaiki satu motor, tapi juga memperbaiki keyakinan mereka pada diri sendiri. Mereka sadar bahwa dengan bekal yang mereka punya, mereka bisa mengatasi masalah apa pun.

Harapan untuk Generasi Muda

Keberhasilan ini menjadi modal berharga bagi mereka untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Mereka adalah calon-calon teknisi, wirausahawan, dan pekerja andal di masa depan. Kelak, mereka tidak hanya memperbaiki motor milik staf, tetapi juga motor-motor pelanggan di bengkel mereka sendiri. Mereka akan membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi kecil, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Dari bengkel sekolah yang sederhana, mimpi besar itu mulai dirajut. Cerita tiga siswa SMK Plus Al Ghifari yang berhasil memperbaiki sepeda motor mati adalah bukti nyata pentingnya pendidikan vokasi. Lebih dari sekadar pelajaran di buku, praktik langsung di bengkel melatih mereka untuk menjadi individu yang terampil, teliti, dan tidak mudah menyerah.

Keberhasilan mereka “menghidupkan” kembali motor adalah simbol dari kemampuan mereka untuk “menghidupkan” masa depan mereka sendiri dan, secara lebih luas, menghidupkan kembali roda ekonomi bangsa. Melalui tangan-tangan terampil mereka, kita melihat harapan besar untuk generasi muda yang siap menghadapi dunia kerja dengan keahlian yang nyata.