Mengapa BUMS Penting untuk Ekonomi Negara, Ini Soal dan Jawaban Ekonomi Kelas 11 Halaman 18

Pentingnya Pemahaman Siswa tentang BUMS dalam Pembelajaran Ekonomi

Di dalam buku ekonomi kelas 11, halaman 18 kurikulum merdeka, siswa diajak untuk memahami konsep Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) secara mendalam. Pemahaman ini menjadi penting karena terkait dengan Lembar Aktivitas 4, di mana siswa diminta memberikan pendapat tentang jenis BUMS yang paling sesuai berdasarkan ilustrasi kasus. Dengan memahami BUMS, siswa dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kemampuan analisis dalam menghadapi situasi bisnis nyata.

BUMS adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki pihak swasta, dengan tujuan utama meraih keuntungan bagi pemiliknya. Meskipun berorientasi pada profit, keberadaan BUMS tetap memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional melalui pajak yang disetorkan ke negara. Semakin tinggi keuntungan BUMS, semakin besar pula pajak yang diterima pemerintah, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan negara. Dengan demikian, pemahaman tentang BUMS tidak hanya berguna dalam konteks pembelajaran, tetapi juga dalam memahami dinamika perekonomian.

Setelah memahami peran dan fungsi BUMS, siswa dapat melanjutkan untuk mengerjakan Lembar Aktivitas 4 secara lebih tepat. Buku ekonomi ini disusun oleh Yeni Fitriani dan Aisyah Nurjanah, serta diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek pada tahun 2021.

Berikut beberapa contoh kasus yang terdapat dalam Lembar Aktivitas 4 beserta penjelasan jawaban yang bisa digunakan sebagai panduan:

Ilustrasi Kasus 1: Talitha yang Ingin Membuka Bisnis Desain Furniture

Talitha adalah seorang lulusan desain interior yang ingin membuka bisnis sendiri di bidang desain furniture. Namun, ia kurang pandai dalam urusan bisnis dan membutuhkan modal yang cukup besar. Beruntungnya, ia memiliki dua orang teman yang memiliki modal cukup dan kemampuan bisnis yang baik.

Jenis usaha yang disarankan: Persekutuan Komanditer (CV).

Alasan:

1. Kombinasi Keahlian dan Modal: CV memungkinkan adanya dua jenis sekutu, yaitu sekutu komplementer (aktif) dan sekutu komanditer (pasif).

2. Pembagian Tanggung Jawab yang Jelas: Talitha dapat fokus pada aspek desain dan produksi, sementara temannya menangani aspek bisnis dan keuangan.

3. Modal Lebih Mudah Terkumpul: Dengan adanya dua teman yang memiliki modal cukup, masalah modal awal Talitha dapat teratasi.

4. Fleksibilitas dalam Pengelolaan: Struktur CV lebih fleksibel dibandingkan PT.

5. Perlindungan Bagi Penyedia Modal: Sekutu komanditer memiliki perlindungan dalam hal tanggung jawab.

Ilustrasi Kasus 2: Alan dan David yang Ingin Mendirikan Startup

Alan dan David ingin mendirikan startup bersama dan tidak berminat bekerja di perusahaan besar. Mereka berniat menjalankan usaha tersebut secara bersama-sama.

Jenis usaha yang disarankan: Perseroan Terbatas (PT).

Alasan:

1. Perlindungan Hukum (Tanggung Jawab Terbatas): Tanggung jawab pemegang saham terbatas hanya pada modal yang disetorkan.

2. Kredibilitas dan Profesionalisme: PT dianggap lebih profesional dan memiliki kredibilitas tinggi.

3. Akses Permodalan Lebih Luas: PT memungkinkan pengumpulan modal melalui penerbitan saham.

4. Kontinuitas Usaha: PT memiliki keberlanjutan yang lebih baik.

5. Struktur Organisasi Jelas: PT memiliki struktur organisasi yang lebih formal.

Ilustrasi Kasus 3: Ratih yang Ingin Membuka Usaha Kue

Ratih merupakan mantan pegawai swasta yang PHK akibat pandemi. Dengan uang pesangon sebesar Rp10 juta, ia ingin membuka usaha kue.

Jenis usaha yang disarankan: Perusahaan Perseorangan.

Alasan:

1. Modal Terbatas: Proses pendiriannya sangat sederhana dan minim biaya.

2. Kontrol Penuh: Ratih memiliki kendali penuh atas semua aspek bisnis.

3. Fleksibilitas Tinggi: Sangat fleksibel dalam operasionalnya.

4. Laba Sepenuhnya Milik Pemilik: Semua keuntungan menjadi milik Ratih.

5. Cocok untuk Bisnis Skala Kecil: Usaha kue rumahan atau katering kue cocok dimulai sebagai perusahaan perseorangan.

Dengan memahami BUMS, siswa tidak hanya memperluas wawasan mereka tentang bentuk-bentuk usaha, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan analitis dan kreativitas dalam menghadapi tantangan bisnis. Pemahaman ini menjadi dasar penting dalam membangun kesadaran ekonomi yang sehat dan mandiri.

Jika Seluruh Dunia Punya IQ di Atas 200, Bagaimana Nasibnya?

Dunia yang Berubah Total Jika Semua Orang Memiliki IQ di Atas 200

Bayangkan dunia di mana setiap orang memiliki kecerdasan di atas 200. Dalam skala IQ, angka ini jauh melampaui tingkat kejeniusan yang pernah dikenal manusia. Tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, atau Isaac Newton mungkin akan terlihat biasa saja dibandingkan dengan kemampuan mereka. Kehidupan akan berubah drastis, dan tidak selalu dalam bentuk yang lebih baik. Mari kita lihat bagaimana dunia akan menjadi jika semua manusia adalah jenius sejati.

Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Salah satu dampak positif yang paling jelas adalah peningkatan kesehatan dan umur harapan hidup. Orang-orang dengan IQ tinggi cenderung hidup lebih lama dan lebih sehat. Studi dari Skotlandia pada tahun 1932 menunjukkan bahwa anak-anak dengan IQ 15 poin di atas rata-rata memiliki peluang hidup 21 persen lebih besar. Jika semua orang memiliki IQ di atas 200, maka hampir semua orang bisa hidup lebih lama dan sehat. Selain itu, jumlah dokter, peneliti, dan ilmuwan akan meningkat, mempercepat inovasi medis dan pengembangan pengobatan untuk penyakit kompleks.

Tantangan Baru dalam Kriminalitas

Meski kejahatan kecil mungkin berkurang, kejahatan kerah putih seperti manipulasi finansial atau penipuan farmasi bisa jadi lebih canggih. Namun, penegak hukum juga akan lebih pintar, sehingga pertarungan antara penjahat jenius dan penegak hukum jenius akan seimbang. Di sisi lain, masalah global seperti krisis energi atau kelangkaan air bersih bisa diselesaikan lebih cepat karena adanya banyak otak hebat.

Masalah Kesehatan Mental yang Meningkat

Sayangnya, kecerdasan tinggi juga memiliki sisi gelap. Banyak tokoh jenius seperti Nikola Tesla dan Emily Dickinson memiliki riwayat gangguan mental. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan IQ tinggi lebih rentan mengalami gangguan kecemasan atau bipolar. Jika semua orang memiliki IQ di atas 200, masalah kesehatan mental bisa semakin rumit dan sulit diatasi.

Perubahan dalam Keyakinan Agama

Orang dengan IQ tinggi cenderung lebih percaya pada logika daripada iman. Ini bisa menyebabkan penurunan keyakinan religius secara umum. Namun, tidak semua orang jenius meninggalkan agama. Sejarah mencatat banyak tokoh cerdas yang juga sangat religius. Secara umum, cara pandang manusia terhadap dunia akan bergeser.

Pendidikan dan Karier yang Berubah Total

Sekolah seperti yang kita kenal saat ini akan menjadi kuno. Sistem belajar akan lebih personal dan sesuai dengan minat serta kemampuan individu. Profesi akan lebih variatif, dan muncul bidang-bidang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Rutinitas kerja akan beralih ke pemecahan masalah dan kreativitas, karena pekerjaan biasa bisa diselesaikan dengan mudah oleh “otak super”.

Inovasi Ilmiah dan Teknologi yang Melaju Kilat

Proyek-proyek sains yang biasanya memakan waktu puluhan tahun bisa diselesaikan dalam hitungan minggu. Jika semua orang bisa memahami sains, teknologi, dan matematika tingkat tinggi, kita bisa menemukan solusi untuk menjernihkan air laut, energi alternatif tanpa batas, atau bahkan menjelajah galaksi lain. Dunia akan melaju ke masa depan dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Interaksi Sosial yang Lebih Rumit

Walaupun semua orang cerdas, komunikasi antar manusia tidak selalu lebih mudah. Orang dengan IQ tinggi kadang kesulitan dalam hal empati dan emosi. Interaksi sosial mungkin terasa lebih “berat” karena semua orang menuntut pemahaman cepat dan diskusi mendalam. Namun, debat dan konflik karena ketidaktahuan bisa berkurang, karena diskusi akan lebih rasional.

Kesimpulan

Jika seluruh manusia memiliki IQ di atas 200, dunia akan menjadi lebih sehat, lebih inovatif, dan penuh keajaiban teknologi. Namun, di sisi lain, dunia juga akan lebih kompleks dari segi sosial dan emosional. Kecerdasan bukan jaminan dunia jadi lebih damai, tapi tetap bisa menjadi alat hebat untuk memperbaiki banyak hal, asal digunakan dengan bijak. Bagaimana pendapatmu? Lebih suka hidup di dunia saat ini atau dunia penuh orang jenius tapi penuh tantangan baru?