Film Animasi Merah Putih One For All Tayang 14 Agustus Tanpa Revisi Meski Dikritik

Film Merah Putih One For All Akan Tayang di Bioskop Indonesia

Film animasi Merah Putih One For All telah dipastikan akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia sesuai jadwal, yaitu pada hari Kamis, 14 Agustus 2025. Meskipun film ini sempat mendapat kritik setelah trailer-nya dirilis awal bulan Agustus lalu, sutradara sekaligus penulis naskah film tersebut, Endiarto, menegaskan bahwa tidak ada revisi yang dilakukan terhadap film ini.

Endiarto mengatakan bahwa pihak produksi tetap berkomitmen untuk menayangkan film ini tanpa perubahan apapun, meskipun banyak kritik yang muncul dari masyarakat, khususnya di media sosial. Ia menjelaskan bahwa niat awal pembuatan film ini bukan untuk tujuan komersial, melainkan untuk memeriahkan perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut Endiarto, film ini ditujukan kepada pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia menyampaikan bahwa konsep film ini dibuat dengan sederhana, agar mudah dipahami oleh anak-anak. Tujuannya adalah untuk menanamkan rasa nasionalisme sejak dini, bukan untuk bergabung dalam festival atau mencari profit.

Jumlah Layar Tampil Terbatas

Endiarto juga menyebutkan bahwa film ini hanya mendapatkan izin tayang di 16 layar bioskop, termasuk jaringan XXI dan Sams Studio. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah layar yang tersedia cukup terbatas, sehingga penggemar film harus lebih proaktif dalam mencari informasi tayangan.

Asisten sutradara, Arry WS, menambahkan bahwa pihak produksi sudah menawarkan film ini ke berbagai bioskop jaringan Sams Studio dan XXI. Ia memberikan apresiasi terhadap bioskop-bioskop tersebut yang telah menerima film ini dengan baik. Menurut Arry, jika penjualan tiket meningkat, maka itu akan menjadi kabar gembira bagi seluruh tim.

Sams Studio: Bioskop Berbasis Budaya dan UMKM

Jaringan bioskop Sams Studio, yang dikabarkan akan menayangkan Merah Putih One For All, merupakan perusahaan pengelola bioskop di Indonesia yang didirikan pada tahun 2024. Didirikan oleh Sonu Samtani dan Raffi Ahmad, Sams Studio memiliki konsep standalone—artinya tidak terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, tetapi memiliki gedung sendiri.

Tujuan utama Sams Studio adalah menjadi pusat kebudayaan serta mendukung UMKM. Fokusnya adalah daerah-daerah di Pulau Jawa yang bukan kota besar, seperti Cibadak, Cianjur, Garut, dan lainnya. Selain itu, Raffi Ahmad juga terlibat dalam proyek ini, termasuk dalam penyediaan makanan dan minuman di bioskop melalui RANS Entertainment.

Anggaran Besar, Kualitas Animasi Diperdebatkan

Merah Putih One For All adalah film animasi Indonesia bertema nasionalisme yang dijadwalkan tayang mulai 14 Agustus 2025. Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail, dengan Toto Soegriwo sebagai produser utama dan Endiarto serta Bintang Takari sebagai sutradara dan penulis naskah.

Meski anggaran produksinya mencapai Rp 6,7 miliar, kualitas animasi film ini dinilai buruk dan kaku. Beberapa pengamat menyebutkan adanya dugaan penggunaan aset visual stok dari situs animasi seperti Reallusion. Trailer film ini yang dirilis di YouTube juga dibanjiri kritik dan meme, membuat film ini menjadi sorotan publik.

Plot Film yang Mencerminkan Persatuan

Cerita film ini berfokus pada sekelompok anak yang terpilih menjadi “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka, bendera yang selalu dikibarkan pada setiap upacara 17 Agustus. Namun, tiga hari sebelum upacara, bendera tersebut hilang. Delapan anak dari berbagai latar belakang budaya seperti Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa bersatu dalam misi heroik menyelamatkan bendera pusaka yang hilang secara misterius.

Mereka melakukan petualangan menelusuri hutan, menyusuri sungai, hingga menghadapi konflik batin. Film ini penuh dengan momen lucu, menegangkan, emosional, dan menggugah jiwa, sarat nilai persatuan, persahabatan, dan semangat cinta nasionalisme anak-anak Indonesia masa kini.

Informasi Lengkap tentang Film

  • Produser: Toto Soegriwo
  • Sutradara: Endiarto, Bintang Takari
  • Penulis Naskah: Endiarto, Bintang Takari
  • Produksi: Perfiki Kreasindo
  • Durasi: 1 jam 10 menit
  • Format: 2D
  • Rating Umum: Semua Umur

7 Drama Korea Mirip Love Take Two, Kesempatan Kedua untuk Cinta

Kisah Cinta yang Tumbuh di Usia Matang

Tidak semua cerita cinta dalam drama Korea berfokus pada remaja dan cinta pertama. Dalam Love Take Two, kita diajak menyelami kisah cinta kesempatan kedua yang muncul ketika usia sudah tidak muda lagi. Lee Ji An (Yum Jung Ah), seorang ibu tunggal berusia 43 tahun, memulai hidup barunya di desa bersama putrinya yang sudah dewasa. Ia menghadapi berbagai tantangan baik sebagai orang tua maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hidupnya berubah saat ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Ryu Jung Seok (Park Hae Joon), yang juga menjadi ayah tunggal. Keduanya terhubung melalui luka masa lalu, profesi yang serupa, dan kesepian yang mereka pendam.

Drama ini menunjukkan bahwa cinta tidak memandang usia. Di usia matang, seseorang lebih paham arti komitmen, pengorbanan, dan kedewasaan dalam mencintai. Cerita Love Take Two sangat menyentuh bagi para orang tua, terutama yang membesarkan anak sendirian. Jika kamu menyukai drama dengan nuansa healing, latar pedesaan yang tenang, dan hubungan cinta yang dewasa serta realistis, maka berikut ini adalah daftar drama Korea yang layak kamu tonton.

Daftar Drama Korea yang Mirip dengan Love Take Two

  1. When the Camellia Blooms (2019)

    Drama ini dibintangi Gong Hyo Jin sebagai Dong Baek, seorang ibu tunggal yang pindah ke kota kecil untuk membuka bar bernama Camellia. Di sana, ia menghadapi stigma sebagai ibu tunggal dan pemilik bar, sambil berusaha membesarkan putranya seorang diri. Ketika ia bertemu Hwang Yong Sik (Kang Ha Neul), seorang polisi lokal, perasaan mereka mulai berkembang. Chemistry antara keduanya membuat hati penonton hangat. Yong Sik tidak hanya menyukai Dong Baek sebagai wanita, tapi juga menghargainya sebagai ibu yang kuat. Pesan utamanya adalah bahwa cinta yang tulus bisa datang ketika seseorang mulai mencintai dirinya sendiri.

  2. One Spring Night (2019)

    Drama ini mengikuti kisah Lee Jung In (Han Ji Min), seorang pustakawan yang terjebak dalam hubungan stagnan. Saat ia bertemu Yoo Ji Ho (Jung Hae In), seorang apoteker sekaligus ayah tunggal, ia mulai merenungkan arti cinta dan kebahagiaan sejati. Ji Ho adalah sosok ayah penyayang yang diam-diam menyimpan luka. Hubungan antara Jung In dan Ji Ho berkembang secara perlahan dan penuh pengertian. Drama ini mengajarkan bahwa cinta sejati hadir ketika kita jujur pada diri sendiri.

  3. Once Again (2020)

    Drama keluarga ini mengikuti kisah keluarga Song yang memiliki empat anak dewasa dengan konflik masing-masing. Salah satu tokoh utama, Song Na Hee (Lee Min Jung), adalah seorang dokter yang bercerai dari suaminya. Meskipun telah bercerai, hubungan mereka tetap rumit karena masih saling peduli dan terikat oleh masa lalu. Drama ini mirip dengan Love Take Two karena fokus pada cinta kedua dan rekonsiliasi. Selain itu, drama ini menyoroti dinamika dalam keluarga besar dan perjuangan menjadi orang tua tunggal.

  4. Hometown Cha-Cha-Cha (2021)

    Yoon Hye Jin (Shin Min Ah), seorang dokter gigi modern dari Seoul, memutuskan pindah ke desa tepi laut bernama Gongjin. Di sana, ia bertemu Hong Du Sik (Kim Seon Ho), pria lokal yang serba bisa dan penuh misteri. Awalnya mereka sering berselisih, namun seiring waktu keduanya saling membuka hati. Meski bukan tentang orang tua tunggal, drama ini menggambarkan proses adaptasi seorang dewasa yang memulai hidup baru di desa. Seperti Lee Ji An di Love Take Two, Hye Jin harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

  5. My Liberation Notes (2022)

    Drama ini mengikuti tiga saudara yang tinggal di pinggiran kota dan masing-masing menghadapi rasa jenuh dan kesepian. Yeom Mi Jeong (Kim Ji Won), sang adik bungsu, merasa hampa dan ingin membebaskan diri dari rutinitas hidup. Kehadirannya di desa bersama keluarga membuatnya banyak merefleksikan kehidupan. Meski bukan tentang orang tua tunggal, drama ini relevan dengan Love Take Two karena menggambarkan proses healing dan pencarian jati diri di tempat yang jauh dari kota.

  6. Thirty-Nine (2022)

    Drama ini mengikuti tiga sahabat wanita yang memasuki usia akhir 30-an dan menghadapi berbagai tantangan dalam cinta dan hidup. Salah satunya adalah Cha Mi Jo (Son Ye Jin), seorang dokter kulit yang stabil secara karier, tapi sedang mencari makna dalam kehidupan pribadinya. Drama ini menampilkan dinamika perempuan matang yang menghadapi tekanan sosial, kehilangan, dan pencarian makna baru dalam hidup. Sama seperti Lee Ji An di Love Take Two, para tokoh di Thirty-Nine belajar bahwa tak ada kata terlambat untuk mencintai dan memulai ulang.

  7. Our Blues (2022)

    Drama omnibus ini menyoroti berbagai karakter di Pulau Jeju, termasuk kisah Jung Eun Hee (Lee Jung Eun) dan Choi Han Soo (Cha Seung Won), cinta masa muda yang bertemu kembali setelah dewasa. Eun Hee adalah wanita tangguh yang membesarkan anak sendirian dan menjalankan toko di desa, sementara Han Soo kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga. Mereka mencoba menghidupkan kembali kenangan lama dan menguji apakah cinta itu masih bisa tumbuh. Persis seperti Love Take Two, drama ini menyoroti kisah cinta kesempatan kedua di usia matang.

Kesimpulan

Love Take Two menunjukkan bahwa second chance love bisa lebih matang dan tulus. Kisah cinta orang tua tunggal yang penuh tantangan justru menawarkan ruang refleksi dan harapan baru. Deretan drama di atas bisa menjadi teman terbaik saat kamu ingin menonton sesuatu yang menyentuh hati dan membangkitkan semangat.